Ejaan Van Ophuijsen
jenis ejaan yang pernah digunakan untuk bahasa Melayu di Indonesia / From Wikipedia, the free encyclopedia
Ejaan Van Ophuijsen atau Ejaan Lama adalah jenis ejaan yang pernah digunakan untuk bahasa Melayu dan kemudian bahasa Indonesia pada zaman kolonialisme Belanda. Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata bahasa Indonesia menurut model yang dipahami orang Belanda, yaitu menggunakan alfabet Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda. Ada beberapa ciri penanda lingual dalam Ejaan van Ophuijsen, yaitu:[1]
- penggunaan huruf j untuk bunyi konsonan hampiran langit-langit (y)
- penggunaan huruf tj untuk bunyi konsonan gesek pasca rongga-gigi nirsuara (c)
- penggunaan huruf dj untuk bunyi konsonan gesek pasca rongga-gigi bersuara (j)
- penggunaan huruf oe untuk vokal /u/ dan
- penggunaan tanda diakritik meliputi tanda koma (,), ain (‘), dan trema (¨).
- penggunaan huruf sj untuk bunyi sy (ش)
- penggunaan huruf nj untuk bunyi (ny), dan
- penggunaan huruf ch untuk bunyi kh (خ)
Huruf hidup yang diberi aksen trema atau dwititik diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan diftong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini. Kebanyakan catatan tertulis bahasa Melayu pada masa itu menggunakan abjad Arab yang dikenal sebagai abjad Jawi. Ejaan ini akhirnya digantikan oleh Ejaan Republik untuk bahasa Indonesia pada 19 Maret 1947.[1]