Devadasi
From Wikipedia, the free encyclopedia
Di India Selatan, devadasi (Sanskerta: pelayan dewa atau dewi) adalah gadis yang "mendedikasikan dirinya" untuk pemujaan dan pelayanan kepada dewa atau kuil sepanjang hidupnya. Dedikasi tersebut diwujudkan dalam upacara Pottukattu yang beberapa cara pelaksanaannya mirip dengan upacara pernikahan. Pada awalnya istilah itu mengacu kepada para perempuan dari kasta tinggi yang memberikan pelayanan pada kuil. Kemudian, di bawah pemerintahan Inggris, istilah itu digunakan untuk semua perempuan dari segala kasta yang dipersembahkan untuk pemujaan dan pelayanan kepada dewa-dewi.[1]
Secara tradisional, devadasi memiliki status tinggi dalam masyarakat. Setelah menikah dengan orang kaya, mereka menghabiskan waktunya untuk mengasah keterampilan mereka, bukan melaksanakan tugas sebagai ibu rumah tangga. Dari suaminya, mereka memperoleh anak yang juga diajarkan keterampilan bermusik atau menari. Sering terjadi, suaminya memiliki istri yang lain yang melaksanakan tugas sebagai ibu rumah tangga.
Selama Inggris memerintah, raja-raja yang menjadi pelindung kuil menjadi kurang berkuasa. Akibatnya, devadasi dibiarkan tanpa bantuan dan perlindungan. Para reformis mulai melarang tradisi devadasi dengan alasan devadasi merupakan bentuk prostitusi. Pendapat kolonial mengenai devadasi secara keras ditentang oleh beberapa kelompok dan organisasi di India dan oleh para akademisi barat, hal itu dianggap sebagai bentuk ketidakmampuan pihak Britania untuk membedakan gadis-gadis yang menari di jalanan untuk pelacuran dengan gadis-gadis yang menunjukkan bakti spiritualnya pada dewa-dewi sehingga terjadi perampasan sosioekonomi.[2][3][4][5]
Saat ini sistem devadasi telah hilang, dilarang di seluruh India sejak 1988.[6]
Devadasi juga disebut dalam beberapa istilah lokal lain, seperti jogini. Lebih jauh lagi, praktik devadasi dinamakan "basivi" dalam Kitab Karnataka dan "matangi" dalam Maharashtra. Istilah lain yang juga dikenal adalah venkatasani, nailis, muralis, dan theradiyan.[7] Di Eropa, terkadang digunakan istilah bayadere (dari bahasa Prancis: bayadère, yang berasal dari bahasa Portugis: balhadeira, secara harfiah berarti "penari").[8]