Krisis Israel–Palestina 2021 diawali dengan bentrokan yang melibatkan pengunjuk rasa dari Palestina dan Polisi Israel pada Mei 2021, bersamaan dengan libur Lailatulqadar dan Hari Yerusalem. Bentrokan tersebut merupakan akibat dari rencana pengusiran beberapa warga Palestina yang bermukim di Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur oleh Mahkamah Agung Israel. Bentrokan ini mengakibatkan 300 orang luka-luka dan sebagian besar merupakan warga Palestina.[15] Hal ini memicu kecaman dari dunia internasional dan menyebabkan pengambilan keputusan oleh Mahkamah Agung ditunda selama 30 hari.
Fakta Singkat Tanggal, Lokasi ...
Krisis Israel–Palestina 2021 |
---|
|
|
Tanggal | 6 Mei – 21 Mei 2021 (2 minggu, 1 hari) |
---|
Lokasi | Israel, Palestina, perbatasan Israel–Lebanon, Dataran Tinggi Golan |
---|
Sebab | |
---|
Status | Kembali ke status quo ante bellum; gencatan senjata diumumkan; kedua belah pihak mengeklaim kemenangan[1][2]
|
---|
|
|
|
|
|
7 warga sipil tewas[4]
200+ warga sipil terluka[7][8]
1 tentara tewas, 2 luka-luka[9]
21 polisi terluka [10] |
Jalur Gaza:
113 warga sipil dan militan tewas, 580+ luka-luka[11]
- 80–90 militan tewas (per Israel)[12]
- 20 militan tewas (per Hamas & JIP)[13]
Yerusalem Timur:
1 pengunjuk rasa Arab-Israel tewas[14]
300 pengunjuk rasa Palestina terluka[15]
23 pengunjuk rasa ditangkap[16]
Tepi Barat:
5 orang Palestina tewas [17][18][19] |
|
Tutup
Pada 9 Mei, polisi Israel menyerang Masjidilaqsa, salah satu tempat suci umat Islam.[20][21][22] Sebagai balasannya, pada 10 dan 11 Mei, Hamas dan Jihad Islam Palestina meluncurkan 400 roket ke wilayah Israel yang mengakibatkan 2 warga Israel tewas serta 70 lainnya terluka.[23][24] Israel merespon serangan tersebut dengan melakukan serangan udara ke wilayah Gaza yang mengakibatkan 26 warga Palestina tewas (termasuk 9 anak-anak) dan 103 lainnya terluka.[25][26]