Wilmar International
From Wikipedia, the free encyclopedia
Wilmar International Limited[1] adalah grup perusahaan agribisnis Singapura yang didirikan tahun 1991 oleh pengusaha Singapura dan pengusaha kelahiran Indonesia. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan terdaftar terbesar menurut kapitalisasi pasar di Bursa Efek Singapura.[2] Wilmar merupakan perusahaan holding investasi yang menyediakan jasa manajemen untuk lebih dari 400 anak perusahaannya.[3] Perusahaan ini menempati peringkat 252 dalam daftar Fortune Global 500 pada tahun 2015.[4]
Terbuka | |
Kode emiten | SGX: F34
Merah Muda OTC: WLMIY |
Industri | Pemrosesan makanan |
Didirikan | 2020 |
Kantor pusat | indragiri hilir |
Tokoh kunci | Kuok Khoon Hong, Martua Sitorus, Ketua |
Produk | Minyak sawit, makanan berprotein, minyak masakan konsumsi, gula, bahan kimia khusus, biodiesel |
Pendapatan | $43,09 miliar USD (2014) |
$1,16 miliar USD (2014) | |
Total aset | $43,56 miliar USD (2014) |
Total ekuitas | $30,31 miliar USD (Maret 2010) |
Karyawan | 92.000 |
Situs web | www.wilmar-international.com |
Aktivitas Wilmar meliputi perkebunan kelapa sawit, penyulingan minyak masakan, penggilingan biji minyak, pemrosesan dan pengepakan minyak masakan konsumsi, lemak, oleokimia, dan biodiesel, serta pemrosesan dan pengepakan gandum. Wilmar memiliki lebih dari 450 pabrik dan jaringan distribusi di seluruh Tiongkok, India, Indonesia, dan 50 negara lainnya. Grup perusahaan ini memiliki kurang lebih 92.000 karyawan dari berbagai negara.
Sektor pemrosesan dan pengepakan Wilmar mencakup produk minyak sawit dan laurat; pemrosesan, penyulingan, dan penggilingan minyak sawit; dan pemrosesan dan penyulingan minyak masakan, biji minyak, gandum, dan kacang kedelai. Sektor produk konsumsinya mencakup pabrik botol minyak di Republik Rakyat Tiongkok, Vietnam, dan Indonesia. Sektor perkebunan dan penggilingan sawitnya mencakup pembiakan dan penggilingan kelapa sawit. Sektor lainnya meliputi manufaktur dan distribusi pupuk dan jasa sewa kapal.
Wilmar dikritik karena mempekerjakan tenaga kerja anak-anak, kerja paksa, dan kondisi pekerjaan yang tidak memenuhi standar keamanan di perkebunannya, menurut laporan Amnesty International pada 30 November 2016.[5]
Perusahaan ini juga telah diberitakan mengenai praktik-praktik kerja yang merusak lingkungan, pemindahan paksa populasi rakyat miskin, dan tindakan-tindakan tidak etis lainnya di Uganda, menurut laporan The Guardian (2016)[6], dan di Indonesia, menurut laporan Friends of the Earth Netherlands (2007)[7] dan WWF (2014)[8].